Pernikahan dan Cinta

Hmm..sa tau sebenarnya sa belum pantas membicarakan hal ini (pernikahan). Hanya saja sedang muncul pemikiran mengenai hal itu setelah membaca beberapa literatur. Hubungan antara pernikahan dan cinta.

Ada orang yang bilang nikah ga cukup bermodal cinta. Emang mau dikasih makan cinta? Yup, pernyataan itu ga salah tapi ga sepenuhnya bener juga. Kenapa? Gini alasannya.

Cinta itu bagaimanapun menjadi salah satu bumbu dalam pernikahan, mengeratkan hubungan suami istri. Buktinya Islam sangat menganjurkan dan membahas cinta dalam pernikahan. Berarti Allah dan RasulNya sangat menganjurkan untuk memupuk cinta dalam rumah tangga.

Hanya saja ada satu perasaan cinta yang mutlak ada ketika kita mengarungi biduk rumah tangga. Cinta yang juga melandasi ikatan pernikahan kita. Cinta itu adalah cinta kepada Allah.

Dengan cinta ini, setiap kali mengalami ujian rumah tangga yang pasti melanda, kita bisa lebih kuat. Kita bisa mengembalikan pikiran kita pada tujuan awal pernikahan, landasan dan visi misi pernikahan. Seperti halnya ketika dulu rumah tangga Rasulullah dilanda ujian, sampai beberapa diabadikan dalam al-Quran, jawaban Allah sebenarnya simpel kan? Bahwa jika istri beliau lebih menginginkan dunia [tidak menerima hukum Allah], maka perceraian solusinya. Namun jika masih ingin tetap bersama Rasul, maka terimalah ketetapan dan hukum Allah.

Jawabannya cuma menerima ketetapan Allah. Dan sikap itu hanya bisa diambil oleh kedua belah pihak jika keduanya memiliki pemahaman sama dan cinta yang teguh kepada Allah.

Tapi tidak lantas hanya berbekal Mahabbah ilallah kita melalaikan syariah ikhtiar. Ingat, Allah menghendaki tawazun, keseimbangan. Kita harus mengusahakan akhirat yang menjadi tempat kembali kita, tapi Allah juga menghendaki kita mengusahakan dunia sebagai tempat kita hidup. Kita tak bisa lebih mementingkan salah satu. Kalaupun seorang suami harus mencari nafkah, maka sebenarnya ia tengah berjihad. Berjihad memenuhi kewajibannya, memenuhi kebutuhan istri, anak dan dirinya sendiri. Ketika seorang istri bekerja di dalam rumah, mencuci, membersihkan rumah, dsb maka itu juga adalah sedekah pada suami dan keluarganya. Jadi, sesungguhnya kita bisa mencapai akhirat kita 24 jam penuh. Tak hanya ritual. Ingat, untuk urusan akhirat kita jangan terpaku ritual.

Jadi, cinta itu diharuskan dalam pernikahan. Bagaimanapun ia menjadi salah satu penyebab terjadinya pernikahan. Apalagi cinta kepada Allah adalah mutlak ada.

Wallahu a’lam bish-shawwab.

4 thoughts on “Pernikahan dan Cinta

  1. Assalamualaikum…Cinta? itu adalah sifat dasar yang ditiupkan dalam kalbu manusia…hanya satu pertanyaan yang diperlukan bagi kita untuk melakukan komparasi antara cinta dunia (wanita, harta, tahta, etc)dengan cinta haqiqi terhadap Allah Rabb segala semesta…
    1. Pernahkah kita merasakan artinya “sakit hati” kerana putus dicinta? dikhianati? berapa lama efeknya?
    2. So bandingkan bila kita merasa menjauh dariNya? Meninggalkan kewajibanNya? Apa yang terasa pada hati kita? Sakit…biasa aja..atau bagaimana?
    Bila pertanyaan pertama kita rasa terlalu amat sangat sakit dirasa dibandingkan pertanyaan kedua….anda harus kembali mempertanyakan pada diri anda “bahwa butuh perjuangan keras untuk melandaskan cinta dunia sebagai implementasi atas cinta kepadaNya”
    Cinta kepadaNya bukan sekedar hiasan lipstik penampak indahnya bibir sebagai apologi yang kita nampakkan…tapi cinta kepadaNya hanya dapat kita rasakan sendiri dalam hati kita….Jazzakallah khairon katsir…
    Wassalam

    =====
    Wa’alaykum salaam wr wb, Mas Toni. Wa’alayka jazaa

    Suka

  2. hoho. keknya kurang aja ngomongin nikah tapi belum praktik.

    v(^_^)

    segala yg kita lakukan kan memang harus dilandasi dgn cinta kpd Allâh. dlm menikah pun demikian. yah, ga tau juga gimana selanjutnya. lom pernah praktik juga, e.

    v(^_^)

    =====
    Iya. Saya baca literatur dan memperhatikan keluarga sih. Baik dari keluarga saya maupun keluarga besar dan orang-orang sekitar. Gituh Ris. :mrgreen:

    Suka

Berikan Komentar