Dewasalah dan Jadilah Bijak Menyikapi

Jika sebelumnya sa berbicara tentang didewasakan cinta, maka saat ini kedewasaan itu tengah diuji. Betapa ternyata ia tak mudah. Betapa ternyata hati yang ada pemiliknya ini sangat mudah terombang-ambing jika kita tak menguatkannya dan mengembalikan pengurusannya pada Dzat Yang Mahatahu.. ia yang sebenarnya dikendalikan bukan oleh diri ini melainkan ada Dzat Yang Maha Mengendalikan.

Hari ini Aa mengajak kakak dan kedua adiknya untuk berdiskusi tentang sakura cinta sambil menikmati bakmi Jogja depan MQ Guest House.

Pernikahan. Itulah bahasan yang dilontarkan. Bahasan yang selalu sa coba pahamkan pada diri dan keluarga. Sejak SMA. Bayangkan sa mencoba memahamkan soal pernikahan semenjak sa kelas 2 SMA. Bukan karena sa ingin menikah waktu itu, melainkan sa memiliki keinginan kriteria .. idealisme dalam pernikahan. Idealisme yang tertanam semenjak sa mendapat ilmu tentang itu. Idealisme yang seringkali berbenturan dengan realita.

Alhamdulillah, Allah  yang membolak-balikkan hati manusia. Sa hanya berikhtiar dan Allah pula yang memberikan hidayah.

Bukanlah suatu kebetulan jika sa memiliki kakak yang paham akan hal ini. Betapa syariat harus tetap dijaga meski tantangannya sungguh teramat berat. Apalagi jika tantangan itu hadir dari keluarga.

Hari ini, Aa menasihatkan hal-hal terkait pernikahan. Agar berkah dapat dijemput dengan indah.

Sebuah pernikahan indah. Itu salah satu poin penting yang sa garis bawahi. Ya. Pernikahan yang indah, bukan pernikahan yang bahagia. Karena jika kita mencari kebahagiaan dalam pernikahan.. jika kita tau segala konsekuensi pasca menikah.. maka hal itu adalah salah besar. Tidak selamanya pernikahan itu diisi kebahagiaan. Sedangkan pernikahan yang indah adalah yang diisi kebahagiaan dan duka yang saling seimbang mendewasakan. Semakin mendekatkan pada Sang Pemilik diri.

Menikah bukan masalah memiliki, karena pada hakikatnya kita tak pernah memiliki siapapun dan apapun bahkan diri kita sendiri. Menikah adalah salah satu interpretasi ketaatan kita pada Allah dan sebagai jalan untuk bersama mengarungi kehidupan untuk menuju satu muara, Allah.

Ah, kata itu begitu mudah diucap tapi cukup sulit dilaksanakan. Disanalah mungkin seni kehidupan.

Semakin tinggi pohon, akan semakin kencang angin. Semakin tinggi level, akan semakin  besar ujian yang kita hadapi. Butuh kedewasaan dan kebijakan menyikapinya. Usia 21 tapi belum tentu dewasa karena dewasa itu seperti yang dikatakan banyak orang adalah sebuah pilihan. Demikian juga bersikap bijak. Tapi bukan berarti mustahil memiliki keduanya. Belajar terus.

Terkadang masa lalu hadir menjanjikan dan menawarkan masa depan yang lebih baik, sementara kita telah terlebih dahulu memilih masa depan kita. Jika kita tidak kuat dalam menjalani masa kini untuk menuju masa depan yang telah kita pilih sebelumnya, kita bisa goyah dan bisa saja kemudian banting stir membalik arah memilih masa lalu yang menjanjikan masa depan yang -mungkin secara kasat mata- lebih baik dari pilihan masa depan kita saat ini.

Tapi kawan, coba pertimbangkan kembali. Ketika kita telah memilih, bisa saja masa lalu yang hadir itu hanyalah ujian akan komitmen yang telah kita sepakati. Dan bisa saja ketika komitmen ini kita lepaskan akan lebih banyak orang tersakiti termasuk di dalamnya orang-orang yang kita sayangi. Dan jika kita mengaku menyayangi mereka, maka kebahagiaan merekalah yang senantiasa kita usahakan bukan?

Misal, seseorang memutuskan menikah kemudian ujian itu datang, kekasih hati yang dulu dinanti kembali ke dalam kehidupannya dan menawarkan masa depan yang lebih baik. Kembali, ini adalah pilihan. Semua terserah kita. Tapi bukankah kita yang telah menyepakati komitmen masa depan terlebih dahulu dan bukan dengan orang dari masa lalu itu. Maka pertimbangkanlah kembali dengan nalar dan hati. Bukan sekadar pandangan sesaat, tapi ke depan. Jauh ke depan. Ke masa depan yang akan kita bangun. Masa depan yang tidak hanya membutuhkan satu faktor kecenderungan melainkan membutuhkan kedewasaan dan kebijakan.

Boleh saja kita memilih masa lalu. Tapi marilah belajar menjadikan masa lalu sebagai masa lalu, masa kini sebagai masa kini dan masa  yang akan datan sebagai masa yang akan datang, masa yang akan kita bangun. Tidak ada  yang dapat membangunnya melainkan diri kita sendiri, bahkan tidak waktu sekalipun. Semua benar-benar tergantung pada pilihan kita. Kita diberi kebebasan untuk memilih tapi juga disodorkan konsekuensi pilihan itu. Karena hidup adalah pilihan dan karena setiap pilihan memiliki konsekuensi masing-masing. Baik atau buruk. Dan karena setiap konsekuensi itupun memiliki pertanggunjawabannya masing-masing.

Jangan pernah melihat ke belakang. Jikalau memang harus, pergunakanlah alat untuk melihatnya, menjadikannya pelajaran dan hiduplah kembali di masa kini dan rancanglah masa depan. Everybody have something that their left behind. We cannnot always pretended we are strong to look back to the past n turn around. I already know that past sometimes seems so nice and we wanna go back to that time. But u should realize that it doesn’t look as we thought. We’re gonna hurt. So grow up n be wise to face them all. The past also will felt so hurt, but hey buddy.. we live at this time today. We should left the past behind n try to make our present n future better n leave d black side of our past as a lesson for our live now n future..

Salah satu sebutan Allah terhadap manusia dalam al-Quran yang sangat jarang dilirik adalah al-insu: yang bermasalah. Jadi, jangan menyerah pada masalah. Justru dengan adanya masalah itulah kita menjadi manusia sesungguhnya. Dengan adanya masalah kita semakin tangguh, kita semakin dewasa dan semoga semakin bijaksana.

Mari bersamaku menjalani dan menapaki jalan terjal ini. Meski lelah, peluh dan keluh kesah terkadang menghampiri tapi yakinlah ada puncak yang indah di atas sana. Kita punya tujuan. Kita punya visi misi. Kita punya cita. Kita punya Allah yang akan selalu menguatkan. Kita punya Allah yang akan selalu mendampingi. Kita punya Allah yang selalu menunjukkan jalanNya. Yang akan selalu menjaga kita jika kita menjagaNya. Yang tetap menjaga kita meski kita melalaikanNya.

Bismillahi tawakkaltu ‘alallah, la hawla wala quwwata illa billah..

8 thoughts on “Dewasalah dan Jadilah Bijak Menyikapi

  1. Setuju sekali, ada masalah maupun derita karena hinaan negara tetangga, ambil hikmahnya. Bangkitkanlah rasa nasionalis Anda wahai Bangsa Indinesia. Tingkatkanlah taraf kebesaran bangsa jangan malah mencari kekurangan-kekurangan teman sebangsa.

    Suka

  2. Jangan pernah melihat ke belakang. Jikalau memang harus, pergunakanlah alat untuk melihatnya, menjadikannya pelajaran dan hiduplah kembali di masa kini dan rancanglah masa depan.

    setuju banget..

    Suka

  3. terkadang masa lalu pun berubah menjadi masa depan, dek. itu pernah abang alami.

    v(^_^)

    selamat menjalani pernikahan yang indah, dek. semoga adek mendapatkan bahagia, di dunia dan di akhirat. doakan abang segera menyusul.

    v(^_^)

    Suka

Berikan Komentar