Menjadi Istri Aktifis Dakwah

Pernah beberapa kali sa mendengar kisah istri yang ditinggal suami untuk keperluan dakwah. Bahkan ketika waktu yang tersisa hanya sedikit yang bagi mereka adalah waktu untuk berduaan setelah setiap saat harus terpisah karena aktifitas kegiatan kerja maupun dakwah, malam hari jika sang suami mendapat tugas untuk dakwah, mereka harus rela berpisah. Sempat tersirat dalam hatiku, setegar itukah aku, jika kelak bersuamikan seorang ikhwan yang hidupnya seluruhnya didedikasikan untuk dakwah?

Setelah sa baca artikel di dkwatuna, disini sa benar-benar kagum dengan para istri itu. Dan sa harus bisa seperti itu. Karena justru merekalah yang beruntung dikaruniai pendamping hidup seorang aktifis dakwah oleh ALLAH. Karena tak ada pilihan lain, jika kita ingin menjaga rumah tangga kita utuh dan sesuai dengan jalan yang tengah kita tempuh, pendamping yang kita minta tentu adalah pendamping yang bisa sama-sama saling mengingatkan untuk jalan itu. Hanif adalah syarat minimalnya.

Sempat memang sa bertemu dan berdiskusi dengan seorang ikhwan yang sedemikian “sibuk” mengisi waktunya. Sampai sa sempat berpikir mengenai kekuatan pendampingnya [istri dan putranya, red] yang seolah tak peduli. Namun ternyata justru orang seperti mereka membutuhkan pendamping yang rela suaminya keluar bahkan tak pulang beberapa hari untuk tujuan mulia. Lantas, jika pahala dan semua kemuliaan dijanjikanNya, dan ketika hanya ALLAH dan RasulNya sebagai cintanya, dan kita hanyalah cinta “kedua” baginya apa lagi yang hendak kita minta? Niscaya kebahagiaan yang akan kita dapatkan jika kita memiliki ke lima bekal sebagai istri aktifis dakwah tadi.

Bukankah doa kita sering dilantunkan.. Allaahumma innii as-aluka hubbaka wahubba man yuhibbuka, wa hubba ‘amalalladzii yuballighunii hubbuk ( Ya ALLAH, sesungguhnya hamba memohon cintaMu, dan cinta orang-orang yang mencintaiMu, dan mencintai amalan yang menyampaikan hamba kepada cintaMu)..?

Semoga kita semua dapat menjadi pasangan yang qurrota a’yun bagi pasangan kita.

Rabbanaa hablanaa min azwaajinaa wa dzurriyatinaa qurrota a’yun, waj ‘alnaa lilmuttaqiina imaamaa..

wallaahu a’lam bish shawwab.

4 thoughts on “Menjadi Istri Aktifis Dakwah

  1. “Sempat memang sa mendapatkan seorang ikhwan yang sedemikian โ€œsibukโ€ mengisi waktunya.”

    komentar:
    sa .. rancu tuh kalimatnya. kesannya, esa dah pernah n*k*h. hehe.
    atau, at least, esa pernah ditawarin ikhwan yang aktivis super sibuk.
    hehe. atau emang esa dah mau n***h ya?

    =====
    Heuheu..iya ya bener. Ngga, padahal maksudnya mendapati bertemu dan berbincang sm ikhwan yg super sibuk ๐Ÿ˜ณ

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Fina Martiningtyas Batalkan balasan